Sampah biomassa dan sampah domestik di Indonesia diperkirakan mencapai 135.000 ton per hari

Peuyeumisasi, Ubah Sampah jadi Energi


Rabu, 23 Maret 2022

Artikel dari buletin bulanan "Terap" LPPM ITB ini dipublikasikan dalam sainster.com sebagai bagian dari kerja sama LPPM ITB dan idealogcom.id

Peuyeumisasi, Ubah Sampah jadi Energi

Sampah biomassa dan sampah domestik di Indonesia diperkirakan mencapai 135.000 ton per hari. Jumlah ini tentu saja sangat besar dan seringkali menimbulkan masalah, tetapi jika dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai sumber energi, akan menjawab beberapa masalah sekaligus, seperti mengurangi emisi, alternatif energi dan mengurangi penebangan hutan, menyelesaikan masalah sampah bahkan hingga berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat.

“Telah ada sistem pengelolaan sampah biomassa dan domestik yang dikembangkan oleh start-up PT Comestoarra  Bentarra Noesantarra disebut sistem Tempat Olahan Sampah di Sumbernya (TOSS) menggunakan teknik penyeumisasi, sampah dibuat lunak terlebih dahulu kemudian dicacah dan selanjutnya dicetak berbentuk pelet, kita sebut pelet bakar sampah biomasa. Teknologi proses ini dikembangkan oleh bapak Dr. Supriadi Legino (pernah menjabat sebagai rektor ITPLN dan juga Direktur SDM PLN) dan bapak Arief Noehidayat Hastowo, S.I. Kom. M.Sc. (CEO PT Comestoara).  Pelet bakar ini kemudian akan digunakan sebagai pengganti batubara di proses di PLTU, sehingga sering disebut sebagai pelet dari sampah organik ini disebut batubara nabati,” papar dosen dari Kelompok Keahlian Sistem Manufaktur FTI ini, Minggu (27/2/2022).


BACA JUGA: Conductivity Meter Untuk Memantau Kualitas Susu


Menurut Rachmawati Wangsaputra, Ph.D, dalam pelaksanaan program pengabdian ini, pihaknya berkolaborasi dengan Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia (STIMLOG) dan Comestoarra. STIMLOG membantu dari sisi perancangan rantai pasok produk sampah; tim STIMLOG dipimpin oleh ibu Hartati, M. Pakpahan, S.T., M.T. ketua LPPM STIMLOG. Comestoarra sebagai pengembang teknologi pembuatan pelet bakar dari sampah organik, sudah melaksanakan program besar dari pulau Jawa hingga pulau Flores dan lebih berfokus pada proses makro, level kota.  Pada PM Bottom UP 2021 ini tim kolaborasi ITB-STIMLOG-Comestoarra kami ini fokus pada level lebih mikro yaitu RT / RW – kelurahan, dimana selain sampah masyarakat harus terolah dan habis di sumbernya, yaitu sesedikit mungkin sampah yang harus diangkut ke TPS/TPA, juga harus tumbuh ecopreneur sampah di wilayah tersebut. Ada 4 (empat) produk sampah organik yaitu: kompos, pelet bakar sampah biomasa daun, briket daun (proses pirolisis) dan peternakan maggot.  Hal ini dilakukan agar ecopreneur sampah cepat mandiri, karena beberapa produk (kompos dan magot) sangat cepat terserap pasar, beberapa produk, perlu usaha lebih untuk membentuk rantai pasoknya.  Sedangkan untuk sampah anorganik, kami baru pada level collecting saja kemudian menyalurkan ke Bank Sampah atau pun pengepul.

Dua daerah yang menjadi sasaran sistem pengelolaan sampah adalah di Kota Mataram, Lombok dan di daerah kelurahan Cibeunying kecamatan Cimenyan, Bandung.  Karena memang diharapkan sistem ini berkelanjutan, pada PM Bottom UP 2021 ini kami membentuk 2 (dua) balai pelatihan yaitu, Balai Pelatihan dan Pendampingan Ecopreneur Sampah Bandung (BPPES Bandung) dan BPPES Mataram.  
Halaman berikutnya: Fokus kegiatan di Mataram adalah pada pengolahan sampah biomassa sampah daun...

Halaman:  12
KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR