Modifikasi Alat Giling Tebu Dongkrak Produksi Nira

Perancangan Alat Giling Tebu Buatan Peneliti ITB


Rabu, 9 Juni 2021

Artikel dari buletin bulanan "Terap" LPPM ITB ini dipublikasikan dalam sainster.com sebagai bagian dari kerja sama LPPM ITB dan idealogcom.id

Perancangan Alat Giling Tebu Buatan Peneliti ITB

Industri gula merah tebu menjadi penopang masyarakat Desa Karangsono Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Industri rakyat yang sudah beusia puluhan tahun ini masih dijalankan secara tradisional. Kapasitas mesin yang digunakan untuk menggiling tebu terbatas, sehingga hasil perasannya tidak optimal. Mengatasi kendala ini, peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) memodifikasi alat giling tebu yang bisa meningkatkan produksi nira.

Kabupaten Tulungagung merupakan sentra produksi gula yang terkenal dengan industri rakyatnya. Kapasitas pengolahannya mencapai 343.456 ton per tahun. Industri gula rakyat ini menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi lokal dan menyerap banyak tenaga kerja. Dari 176 pabrik gula merat tebu yang ada di Tulungagung pada 2010, lebih dari 24 pabrik berada di Desa Karangsono. Pabrik tersebut dikelola oleh keluarga warga setempat. Setiap pabrik memiliki 2-3 mesin gilling tebu. Harga mesin tersebut sekitar Rp 90-110 juta bergantung pada kapasitasnya.

“Sejak jaman dulu sampai sekarang tidak ada perubahan. Dari jaman dulu (proses produksinya) ya begitu. Masih pakai pola-pola yang klasik, sehingga semakin lama efisiensinya menurun jadi sulit bersaing,” kata Guru Besar Fisika ITB Prof. Dr.-Ing. Mitra Djamal yang bertindak sebagai ketua tim pengabdian masyarakat pada sesi wawancara, Senin, 12 April 2021.


BACA JUGA: 

Mengubah Limbah Tempurung Kelapa Jadi Emas Hitam


Mesin giling tebu yang digunakan industri rakyat berkapasitas 10-12 ton tebu per hari. Pada prinsipnya, mesin tersebut terdiri dari tiga silinder pejal yang berputar. Dua diantaranya merupakan roll giling yang berfungsi untuk memeras tebu. Satu silinder lagi merupakan roll pengantar atau pendorong tebu masuk ke penggiling.

Informasi dari para pengusaha gula merah tebu menyebut, pemerasan tebu kurang optimal.  Ampas tebu sisa penggilingan belum benar-benar hancur. Masih ada sisa nira yang tidak terperas. Peneliti ITB kemudian menawarkan solusi untuk mengatasinya, yaitu dengan memodifikasi roll giling tebu yang selama ini dipakai.

Roll giling tersebut mempunyai ulir vertikal saja. Tim peneliti kemudian memodifikasi sehingga ulirnya tidak hanya vertikal, tetapi juga horizontal dan diagonal agar perasannya optimal. “Kami mencoba mencari desain yang terbaik,” ujar Prof. Djamal.

Halaman Berikutnya: peningkatan efisiensi dalam produksi...

Halaman:  12
KATA KUNCI

BAGIKAN

BERI KOMENTAR