Keterbatasan fisik membuat kelompok difabel kerap ditempatkan sebagai orang yang tidak berdaya. Padahal, disabilitas tetap bisa beraktivitas dengan bantuan peralatan yang memadai. Alat bantu mobilitas berupa wheelchair add-ons merupakan salah satu alat bantu yang bisa digunakan. Sayang, harganya cukup mahal jika dibandingkan dengan kursi roda biasa.
Peneliti ITB dari Kelompok Keahlian Fisika Instrumentasi dan Komputasi merancang purwarupa skala laboratorium wheelchair add-ons yang aman dan terjangkau. Produk tersebut nantinya bisa dibuat oleh UMKM dan memasarkannya secara digital. Tidak hanya memberdayakan difabel, upaya ini juga menjadi solusi kelesuan ekonomi yang terpukul COVID-19.
"Kaum difabel oleh sebagian kalangan masyarakat adalah golongan yang lemah sehingga menyebabkan kaum difabel menjadi terisolasi, minder, dan kurang percaya diri. Padahal, selayaknya manusia, mereka juga ingin diperlakukan wajar," kata ketua tim peneliti Dr. Nina Siti Aminah, S.Si., M.Si. saat diwawancara pada Minggu (9/5/2021).
Penggunaan alat bantu seperti kursi roda merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat difabel. Dengan kursi roda, masyarakat difabel bisa beraktivitas yang berdampak baik bagi kehidupan sosial, ekonomi, juga kesehatannya. Penyandang disabilitas menjadi kelompok rentan saat COVID-19 mewabah. Menurut Dr. Nina, kelompok ini membutuhkan dorongan agar bisa mandiri dan produktif.
BACA JUGA:
Satay Science, Apakah yang Membuat Terasa Enak?
Dari survei yang dilakukan, mobilitas merupakan kendala terbesar bagi difabel. Di luar negeri, para difabel menggunakan alat bantu mobilitas seperti mobility scooter. Sayangnya, alat bantu semacam ini belum banyak digunakan di Indonesia karena harganya mahal. Alat bantu tersebut belum diproduksi secara masal dan harus diimpor sehingga perlu tambahan biaya pengiriman dari luar negeri.
Halaman berikutnya: perbandingan harga...