Dr. Hendro menjelaskan, metode konduktivitas listrik yang digunakan pada penelitian ini menguji sampel dalam wadah yang diberi sumber arus listrik DC dan divariasikan dengan arus gelombang persegi. Wadah sampel berbentuk silinder berbahan akrilik berukuran 300 mmm diameter 6o mm dan tebal 2 mm. Pada tabung itu kemudian dibuat empat lubang untuk merakit probe elektroda. Lubang tersebut berdiameter 18 mm.
Probe menggunakan bahan pipa kapiler berbahan kaca boroksilikat sepanjang 100,27 mm berdiameter luar 7 mm, diameter dalam 2 mm dan skala 1 mL. Di dalam pipa kapiler dipasang kawat tembaga berdiameter 0,6 mm dan panjang 200 mm. Terdapat empat 4 probe elektroda yang dicelupkan pada sampel. Sepasang probe disambungkan ke sumber arus listrik, sepadang lagi mengukur tegangannya. Tegangan listrik pada elektroda dapat memberikan rekaman data sifat fisis susu. Tegangan listrik yang dihasilkan pada sampel dideteksi oleh mikrokontroler lalu ditampilkan pada layar komputer. Pengamatan dilakukan pada rentang waktu yang cukup lama.
Rancang bangun conductivity meter yang dapat dipercaya untuk memantau susu murni dibuktikan dengan terekamnya kurva data konduktivitas listrik susu murni. Hasil penelitian ini menunjukkan, kurva pengamatan susu murni mulai mengalami penurunan konduktivitas setelah 3-4 jam. Sementara pada susu UHT terjadi perubahan 24 jam setelah dibuka dari kemasan.
Konduktivitas listrik pada susu menurun dengan naiknya hambatan. Hal ini diduga karena kadar lemak meningkat. Selain pengaruh lemak dan kandungan garam, protein dalam susu yaitu casein diduga dapat mempengaruhi nilai konduktivitas listrik susu. “Kami belum menyimpulkan apakah ini susunya menurun kualitas atau tidak layak pakai, sementara ini dugaan,” ujar Dr. Hendro. “Maksudnya, setelah beberapa jam terjadi perubahan itu bisa jadi bakterinya mulai berkembang biak. Namun penelitian ini belum sampai menyimpulkan apakah setelah waktu tersebut susu masih layak dikonsumsi atau tidak.”
Dr. Hendro menyebut, penelitian ini masih perlu dilanjutkan dengan riset lanjutan yaitu dengan metode Electro-chemical Impedance Spectroscopy (EIS) yang diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih akurat. Kemudian bisa dicocokkan dengan literatur yang ada serta meminta pendapat dari pakar bidang pangan. Riset lanjutan ini rencananya akan dilaksanakan tahun ini.***