Desa Bukti sudah mulai mengembangkan produksi pisang, baik dari buah hingga produk turunannya, sejalan dengan kegiatan pendampingan masyarakat desa binaan pengembangan Banana Smart Village (BSV) yang telah dilakukan. Akan tetapi, konsumen masih didominasi penduduk lokal saja dan pembelian yang dilakukan secara langsung ke kebun. Cara seperti ini masih kurang efektif, terutama pada kondisi pandemi.
BACA JUGA:
Gangboat, Kuda Putih Citarum
Potensi pemasaran pisang yang lebih luas sangat terbuka karena kebutuhan pisang yang sangat tinggi di Pulau Bali. “Diperlukan sistem yang dapat mempermudah para calon konsumen maupun produsen pisang di Desa Bukti untuk melakukan transaksi jual beli sehingga dapat meningkatkan penjualan produk hasil BSV,” kata ilmuwan ITB dari Kelompok Keahlian Inderaja dan Sains Informasi Geografis FITB, Prof. Ir. Ketut Wikantika, M.Eng., Ph.D.
Prof. Ketut dan tim kemudian merancang aplikasi mobile Antar2 Pisang untuk memudahkan proses transaksi jual beli dan membantu perputaran ekonomi. Pengembangan aplikasi ini dimulai dengan dengan perancangan model bisnis kanvas aplikasi berbasis digital pada telepon pintar Android, pengumpulan data dan input data terkait yang diperlukan dalam pengembangan strategi pemasaran buah pisang.
Konsumen dapat membeli langsung produk dari petani secara lebih praktis dengan kemudahan bagi konsumen untuk memilih waktu pengantaran barang untuk kualitas komoditas yang sangat baik. “Model bisnis yang dikembangkan dalam aplikasi ini adalah farm-to-table, dengan kesegaran produk langsung dari petani ke tangan konsumen,” papar Prof. Ketut.*
https://pengabdian.lppm.itb.ac.id/terap/antar2_pisang_dari_kebun_ke_meja_makan